INDUSTRI

Cara Indonesia Genjot Produksi Susu untuk Program Makan Bergizi Gratis

Pemerintah dan industri harus bekerja keras untuk meningkatkan produksi susu karena kebutuhan akan susu semakin meningkat dengan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG). Saat ini, 80% kebutuhan susu di dalam negeri masih dipenuhi melalui impor. Tauhid Ahmad, seorang peneliti senior dan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengatakan bahwa ada tiga hal yang perlu dilakukan.

Pertama, kita perlu mengimpor sapi perah untuk meningkatkan produksi susu. “Kita perlu mengimpor indukan sapi perah untuk meningkatkan produksi susu di dalam negeri. Kita harus mengurangi ketergantungan pada impor agar produksi susu dalam negeri dapat meningkat,” ujar Tauhid kepada detikcom.

Saat ini, produksi susu sapi di Indonesia hanya mencapai sekitar 1 juta ton atau sekitar 21%, sementara impor susu sapi mencapai sekitar 3,7 juta ton atau sekitar 79%. Diperkirakan bahwa kebutuhan susu sapi akan meningkat menjadi sekitar 8,5 juta ton pada tahun 2029. Oleh karena itu, langkah-langkah perlu diambil untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Kedua, industri susu dalam negeri perlu memperluas skala bisnisnya. “Industri susu harus memperluas bisnisnya mulai dari tempat untuk rumput, tempat untuk ternak, hingga membangun infrastruktur yang dibutuhkan,” tambahnya.

Ketiga, pemerintah perlu memberikan fasilitas pembiayaan bagi industri susu sapi dalam negeri. “Untuk meningkatkan kapasitas produksi susu dalam negeri, diperlukan investasi yang besar. Pemerintah dapat membantu dengan menyediakan fasilitas pembiayaan agar industri susu dapat berkembang,” jelas Tauhid.

Menurut Tauhid, Indonesia membutuhkan waktu untuk memenuhi kebutuhan susu di dalam negeri. Oleh karena itu, impor susu masih diperlukan untuk mendukung program MBG. Namun, dengan dukungan anggaran untuk infrastruktur, diharapkan Indonesia dapat mandiri dalam produksi susu dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menambahkan bahwa susu dapat diganti dengan protein hewani atau nabati di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh peternak susu. “Di daerah pesisir, ikan laut dan produk perikanan lainnya dapat menjadi alternatif sebagai sumber protein hewani untuk program MBG. Meskipun menu di sekolah-sekolah di daerah pesisir mungkin berbeda dengan daerah basis peternakan sapi perah, namun kandungan gizinya harus tetap terjaga,” tambah Bhima.

Dengan kerja sama antara pemerintah, industri, dan para pakar, diharapkan produksi susu di dalam negeri dapat meningkat sehingga Indonesia dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan susu bagi program Makan Bergizi Gratis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *